Hai Agan dan Sista!
Kembali lagi bareng ane, Maya Arvini. Buat yang belum tau siapa ane silahkan klik link ini ya. Beberapa Minggu belakangan, ane udah nulis tips-tips buat agan dan sista di kaskus seputar karir. Penasaran sama apa aja yang udah ane tulis? Cek aja di kategori “News & Info”, forum “Bisnis” sub forum “Dunia Kerja dan Profesi”, disitu agan dan sista bisa baca thread-thread yang udah pernah ane tulis.
Sebelum kita mulai ane mau perjelas aturan sharing dan diskusi di thread ane ini :
1. Ane baca dan reply thread setiap hari jam 8 – 9 malem kecuali hari sabtu & minggu.
2. Untuk yg mau nanya boleh banget tapi ane ga akan jawab pertanyaan yg bersifat komplen, ber-aura negatif, bikin semua yg baca jadi bete.
3. Ane ga melayani pertanyaan konsultasi seputar produk Microsoft, IBM dan pertanyaan-pertanyaan seputar pribadi ane.
4. Ane hanya akan jawab agan yg nanya dengan sopan. Sopan adalah syarat wajib kita berdiskusi. Kalau thread ane atau jawaban ane ga memuaskan ga perlu dihina apalagi sampai kasar menghina pekerjaan ane atau numpang nampang di thread ane. Kita harus menghargai orang lain supaya orang lain menghargai kita.
Sebelumnya ane udah bahas tentang cara menghadapi gosip di tempat kerja. Yang belum sempet baca, bisa klik link ini.
IPK atau Indeks Prestasi Kumulatif sering jadi motivasi utama mahasiswa saat kuliah. Gak jarang dari mereka yang fokus belajar biar bisa lulus dengan IPK cum laude. Sekarang ini banyak sekali opini tentang IPK khususnya dari agan dan sista yg mau atau baru aja lulus. Ada yang bilang IPK itu cuma sekedar formalitas. Tapi banyak juga yang berpendapat kalo IPK itu penting buat menunjang karir seseorang; semakin tinggi IPK, semakin sukses karir kita. Nah, kalo agan dan sista lebih setuju sama pendapat yang mana? Agan dan sista bisa simak penjelasan ane tentang hubungan IPK dengan kesuksesan berkarir di thread ini.
Berdasar pengalaman ane, ane sendiri udah pernah Kuliah S-1 dua kali (double major) di Universitas Padjadjaran Bandung dengan keduanya lulusan cum laude dan Kuliah S-2 juga dua kali di Magister Manajemen Universitas Indonesia (MM UI) dan IPMI. Alhamdulillah ane lulusan terbaik di MM UI. Ga gampang perjuangan untuk mendapatkan IPK cum laude karena ane sendiri merasakan harus berjuang dari pertama Kuliah hingga akhir. Belum lagi ane selalu aktif di berbagai kegiatan mahasiswa. Ga jarang ane harus mengorbankan waktu bersantai diganti dengan sibuk Belajar dan mengerjakan tugas kampus. Lulus cum laude merupakan pengalaman tersendiri dan sangat berharga buat ane. Dan ane mau share apakah mindset mengenai IPK tinggi akan menentukan kesuksesan kita berkarir atau engga.
IPK memang udah menjadi standar kelulusan di setiap kampus dan tetap penting untuk karir seseorang. Jadi kenapa IPK tetap penting ketika seseorang baru lulus Kuliah dan mau mencari kerja?
1. IPK adalah syarat awal ketika baru lulus kuliah dan mencari pekerjaan.
Tiap kali ngelamar kerja, hampir semua perusahaan pasti minta kita buat kirim CV (Curriculum Vitae). Salah satu informasi yang wajib ada di CV adalah IPK. Saat ini mayoritas perusahaan udah menaikkan standar IPK dari 2,75 menjadi 3,00. Meskipun beda angka antara IPK 2,75 dengan 3,00 kesannya gak terlalu besar, tapi tetap gak gampang buat mendapatkannya bukan? Otomatis kita dituntut untuk lebih fokus belajar dan rajin saat kuliah. Kalo kita kuliah seenaknya sendiri tanpa ada tujuan buat dapat IPK yang bagus, bisa jadi kita gak bakalan lolos kualifikasi awal buat ngelamar kerja di perusahaan. Dengan kata lain, kita udah ditolak perusahaan sebelum kita sempat ngelamar kerja di perusahaan itu. Miris banget, kan?
2. Memiliki IPK di atas standar membuktikan bahwa kita memiliki tanggung jawab pribadi segimanapun sibuknya kita.
Jangankan bicara tentang IPK Cum Laude, kita bicara tentang IPK rata-rata saja. Kalau banyak perusahaan menetapkan standar IPK 3,00 maka syarat minimal kita lulus adalah IPK 3,00. Kita suka banyak pakai alasan sibuk organisasi, sibuk les tambahan, sibuk bergaul bersosialisasi dan lain sebagainya. Tetapi sebagai mahasiswa, kita tidak hanya dituntut buat aktif secara akademik, tapi juga non-akademik. Banyak dari mereka yang menyibukkan diri sama kegiatan organisasi di dalam dan di luar kampus, ada juga yang kerja buat dapat uang saku tambahan. Semua aktivitas itu pasti menyita waktu belajar kita. Tapi gak ada alasan untuk mengesampingkan belajar karena kesibukan-kesibukan itu. Kita harus tetap bisa berprestasi secara akademik meski super sibuk sama kegiatan. Ini menunjukkan kalo kita punya rasa tanggung jawab yang besar sama tugas utama kita sebagai mahasiswa, yaitu belajar. Kalo orang lain dikatakan hebat karena prestasi mereka di luar kampus, kita akan jauh lebih hebat kalo bisa dapat IPK bagus meski tetap aktif di kegiatan non-akademik.
3. IPK adalah tolak ukur kesuksesan akademik.
Sampai saat ini IPK tetap jadi cara paling efekif buat mengukur kesuksesan mahasiswa secara akademik. Mahasiswa yang IPK-nya cum laude sering jadi role model atau teladan buat mahasiswa yang lain. Gak jarang juga ditunjuk sebagai tutor sebaya. Tentu ada perasaan bangga bukan kalo kita bisa jadi seperti itu. Gak cuma bangga aja tapi sharing soal pengetahuan atau pengalaman itu gak ada ruginya. Malah kita yang diuntungkan karena bisa nambah ilmu dan teman.
Jadi, bener ga kalau IPK Tinggi akan menentukan kesuksesan kita dalam berkarir ?
Jawabannya, tidak juga. Selain IPK masih banyak faktor lain yg harus dimiliki seseorang jika ingin lebih mudah mencari pekerjaan, antara lain :
1. IPK tinggi hanya bertahan beberapa tahun setelah kita lulus kuliah, berikutnya bicara pengalaman dan kemampuan.
Buat fresh graduate, tentu IPK adalah segalanya karena penting buat dapat kerja. Tapi ketika udah dapat pekerjaan, atasan atau orang-orang di kantor ga akan selamanya mempermasalahkan IPK kita. Mereka akan lebih mengutamakan pengalaman dan kemampuan kita untuk kerja dalam tim atau menyelesaikan proyek kantor. Untuk fresh graduate, IPK tinggi justru menjadi tolok ukur seberapa cepat agan menyerap dan belajar. Malahan kalau kita lulus dengan IPK tinggi tapi lalu kita ga bisa menyerap dan Belajar dengan cepat, orang-orang kantor biasanya akan mencibir, “wah padahal lulusan cum laude kok lambat banget adaptasinya”, itu adalah komentar-komentar yg akan sering didengar. Ingat gan, prestasi di kantor itu beda sama IPK tinggi sebagai prestasi akademik waktu kuliah.
2. IPK tinggi tidak terlalu diperlukan bagi yang mau berkarir menjadi wirausaha.
IPK memang penting saat kita lagi ngelamar kerja, tapi hal ini ga terlalu berlaku buat agan yg punya rencana untuk buka usaha sendiri (wirausaha). Wirausaha itu berbicara soal kemampuan membangun dan mengembangkan usaha, jiwa kepemimpinan, dan kreativitas masing-masing individu. Agan bisa memiliki standar sendiri mengenai IPK, apakah punya preferensi untuk rekrut orang-orang seperti agan atau sebaliknya. Dan jika agan sendiri memiliki IPK dibawah rata-rata (misalnya dibawah 2,75), IPK yang rendah ga bakalan jadi penghalang buat berkembangnya usaha agan. Agan juga bisa rekrut orang-orang dengan IPK tinggi. Walau harus diperhatikan juga, biasanya orang pintar, dalam hal ini punya IPK tinggi belum tentu mau kerja dengan owner atau pemilik usaha yg menurut dia ga pintar.
“Steve Jobs, Bill Gates, and Mark Zuckerberg did not finish college. Too much emphasis is placed on formal education – I told my children not to worry about their grades, but to enjoy learning.” – Nassim Nicholas Taleb, Lebanese-American essayist.
3. IPK tinggi tidak selalu menjamin tingkat kecerdasan mahasiswa.
Orang baru dikatakan cerdas kalo dia bisa menyeimbangkan antara tiga elemen kecerdasan, yaitu intelligent quotient (IQ), emotional quotient (EQ), dan social quotient (SQ). Apa artinya IQ, EQ dan SQ ? nah agan silahkan cari diinternet untuk definisinya masing-masing. Ane sendiri menulis dengan detil di buku ane, Career First berikut contohnya biar agan ga bingung. Jadi IPK tinggi bukan jaminan mahasiswa dikatakan cerdas karena hanya memenuhi satu dari 3 (tiga) elemen itu. Mahasiswa yang cerdas tentu ga hanya dilihat dari seberapa cepat dan tepat ia menjawab soal ujian, tapi seberapa cepat dan tepat ia bisa menyelesaikan masalah.
“Because IQ tests favor memory skills and logic, overlooking artistic creativity, insight, resiliency, emotional reserves, sensory gifts, and life experience, they can't really predict success, let alone satisfaction.” ― Diane Ackerman, American poet.
Jadi, selain IPK apalagi yg bisa menjadi modal awal untuk meraih kesuksesan?
1. IQ, EQ dan SQ yang berimbang.
Jangan sampai kita dikatakan individualis karena hanya fokus pada kesuksesan akademik. Tapi, jangan sampai terlalu fokus buat mengembangkan networking juga. Akademik dan kemampuan mengontrol diri itu jadi syarat penting kesuksesan dalam berkarir. Coba bayangkan, kalo kita pinter banget dan punya IPK cum laude tapi ga punya banyak kenalan, ga tahu gimana caranya berkomunikasi dan berinteraksi sama orang lain, ketemu orang baru lantas bingung mau ngomong apa, tentu karir kita bisa terhambat. Kerja itu kita ga sendirian. Kita akan berinteraksi dengan orang lain. Apalagi kalo agan pinter tapi agan tidak mau berbagi dengan orang lain, terlihat sombong, padahal belum tentu, mungkin Cuma kurang pintar bergaul, belum lagi kalau punya citra buruk, orang lain pasti malas buat kerja bareng agan. Jadi, IQ, EQ dan SQ harus seimbang.
2. Pengalaman organisasi sewaktu mahasiswa.
Organisasi itu penting sekali. Pengalaman yg didapat sebenarnya akan mengeluarkan bakat dan potensi serta mengasah kemampuan kita sejak dini. Waktu ane mahasiswa S-1 di kampus Universitas Padjadjaran, ane aktif beberapa organisasi kemahasiswaan, antara lain Senat Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa, Koperasi Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswa Islam. Awal Kuliah ane cobain hampir semua organisasi buat cari tahu yg ane suka. Setelah tahun kedua ane fokus di Himpunan Mahasiswa dan Koperasi Mahasiswa. Alasannya simple aja, ane di bayar sewaktu jadi pengurus Koperasi Mahasiswa dan ane bisa melatih kemampuan ane cari duit karena Kopma Unpad menjalankan beberapa unit bisnis seperti Kantin, percetakan, swalayan, lembaga pendidikan dan lain sebagainya. Ane juga punya 70 karyawan saat itu jadi ane dan tim Belajar banyak tentang punya anak buah diusia masih relatif muda. Untuk kemampuan berdebat, retorika, memimpin persidangan ane Belajar banyak dari Himpunan Mahasiswa Islam. Untuk mengadakan acara, kegiatan kemahasiswaan ane banyak Belajar di Himpunan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa. Jaman ane Kuliah belum banyak komunitas-komunitas seperti sekarang sehingga saat ini pilihan agan untuk berorganisasi menjadi banyak.
Di organisasi-organisasi tersebut apalagi kita bakalan ketemu banyak orang dengan karakter yang beda-beda, terus harus kerja bareng mereka. Disitulah tantangannya. Dalam kegiatan organisasi, otomatis kita dituntut untuk tidak egois dan saling bantu antar rekan organisasi. Selain itu, jiwa kepemimpinan kita juga bakal terasah disana. Soft skill inilah yang akan sangat menunjang kesuksesan karir kita.
3. Memiliki pengalaman Kuliah kerja nyata (KKN), kerja praktek (KP) atau magang.
Biasanya KKN, KP atau magang akan banyak dilakukan yg berhubungan dengan jurusan Kuliah kita. Ini akan berguna sebagai modal awal ketika melamar pekerjaan. Memiliki pengalaman kerja walaupun dalam bentuk magang akan memberikan kesempatan kepada kita untuk mempraktekkan kemampuan teknis kita sesuai dengan jurusan kita. Misalnya kita jurusan marketing, dengan kita magang di bagian marketing atau kita jurusan akuntansi lantas punya pengalaman magang dibidang akuntansi akan membuat kita menjadi lebih mengerti tugas kita nantinya di spesifik bidang tersebut. Ga hanya berguna untuk kita, tapi memberikan masukan kepada perusahaan yg mau merekrut kita karena kita setidaknya pernah ada pengalaman walaupun hanya sebentar.
Jika kita berprestasi dengan baik sewaktu magang, maka mentor atau atasan kita ketika magang bisa kita jadikan referensi di curriculum vitae (CV) kita. Hal ini akan sangat berguna ketika tes masuk pekerjaan sudah hampir di tahap akhir. Referensi akan dipakai untuk cek latar belakang apakah informasi yg diberikan agan ketika tes dan interview benar adanya atau tidak.
4. Kemampuan dasar lain yang diasah sewaktu mahasiswa.
a. Mampu berkomunikasi dengan baik.
Komunikasi jadi cara buat menyampaikan opini kita. Dalam penyampaiannya, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan agar pesan atau maksud kita bisa tersampaikan dengan baik. Salah satunya adalah lawan bicara. Penting buat kita tahu siapa lawan bicara kita, latar belakangnya bagaimana supaya komunikasi jadi efektif. Misalnya, kita akan berinteraksi dengan senior kita di organisasi, kita Belajar untuk sopan dengan memanggil “mas” atau “mba”, begitu juga ketika kita aktif ke organisasi kemahasiswaan yg lingkupnya di luar kampus kita, dari angkatan, usia, jurusan, kampus sampai tipe kepribadian yg akan kita temui menjadi bervariasi. Kita mengasah kemampuan berkomunikasi tentu saja di organisasi. Kalo kita udah terbiasa dan tahu cara komunikasi yang baik, di tempat kerja nanti kita bakal lebih mudah buat menyampaikan opini kita.
b. Mampu mengatur waktu dan kegiatan dengan baik.
Ini yang sering jadi penghambat buat kebanyakan orang; soal time dan task management. Artinya bagaimana kita memilliki kemampuan untuk mengatur waktu dan kegiatan dengan baik. Selagi masih jadi mahasiswa harus belajar tentang mengatur waktu dengan baik. Selain ane sibuk ikut berbagai organisasi, ane juga Kuliah dua jurusan. Yg pasti ga gampang atur waktu, belum lagi kalau Kuliah bentrok bahkan ujian bentrok, pasti pusing atur prioritas.
Tips untuk agan dan sista, yaitu atur prioritas kamu dari yg paling mendesak dan penting. Biasanya ini akan banyak berhubungan dengan Kuliah, mengerjakan tugas individu dan kelompok. Baru setelahnya kegiatan organisasi kemahasiswaan, misalnya dulu ane beberapa kali jadi ketua panitia ospek, ketua acara berbagai event kampus. Jangan lupa masukin ke agenda hal-hal yg bersifat rutin, misalnya Kuliah, les (kalau ada), Belajar kelompok, Belajar sendiri, Mengajar dan lain sebagainya. Baru setelahnya prioritas kamu untuk yg mendesak dan tidak terlalu penting, kemudian prioritas untuk yg penting dan tidak mendesak. Misalnya mencicil belajar untuk ujian atau mencicil mengerjakan tugas yg tenggat waktunya masih agak lamaan. Lalu setelahnya prioritas terakhir adalah mengerjakan hal-hal yg tidak penting dan tidak mendesak, misalnya kongkow-kongkow ngegosip sama temen , nge-mall atau tidur siang/sore. Jangan lupa sebaiknya hindari sistem kebut semalem (SKS) karena apapun yg dikebut hasilnya pasti ga maksimal.
“The bad news is time flies, the good news is you are the pilot.” – Michael Altahuler, Motivational speaker.
5. Lancar berbahasa asing, Bahasa Inggris salah satunya.
Umumnya, kemampuan berbahasa Inggris pasti wajib dipunyai oleh karyawan di sebagian besar perusahaan. Lebih bagus lagi kalo kita bisa lancar berbahasa asing selain Bahasa Inggris. Soalnya jaringan perusahaan sekarang ini ga cuma dipusatkan di Indonesia atau negara barat saja, tapi juga ke negara-negara lain di seluruh benua. Jadi penguasaan lebih dari 1 bahasa asing akan sangat berdampak positif buat karir kita.
Sebaiknya praktek Bahasa inggris sejak dibangku mahasiswa. Coba join komunitas Bahasa Inggris dan asah kemampuan berkomunikasi agan menggunakan Bahasa Inggris. Kadang kita sudah rajin les Bahasa Inggris tapi karena ga dipraktekin dalam keseharian akhirnya ga lancar juga berbahasa Inggris.
Ketika tes masuk kerja nanti, apalagi yg tes untuk perusahaan multinasional, biasanya tes Bahasa Inggris akan dilakukan ketika sejak tes awal masuk hingga proses wawancara. Ga jarang seluruh tes, dari tes tertulis, membuat tulisan, sampai presentasi pun dilakukan dalam Bahasa Inggris. Makanya buat yg Bahasa Inggrisnya ga lancar harus segera Belajar, ga ada kata terlambat !
6. Percaya diri
Sejak dini hilangkan perasaan minder. Kalau kita ga percaya sama kemampuan diri sendiri, gimana orang lain bisa percaya? Kadang rasa minder muncul karena perbedaan status sosial, latar belakang pendidikan, penampilan, atau bahkan status ekonomi kita. Tapi walau kita tidak berasal dari keluarga dengan status sosial dan ekonomi yang tinggi, selama kita jujur, menghargai orang lain dan memiliki kemampuan apalagi kalau berprestasi, orang lain pasti akan menghargai kita. Hargai diri sendiri terlebih dahulu maka orang lain akan mengikuti.
“With confidence, you have won before you have started.” - Marcus Garvey, Jamaican political leader.
7. Memiliki kemampuan memimpin (leadership) yg baik.
Apapun posisi kita di tempat kerja, kemampuan memimpin pasti perlu. Ga harus nunggu jadi pemimpin dulu baru mengasah kemampuan memimpin. Meskipun kita bukan pemimpin dari rekan kerja, setidaknya kita bisa memimpin diri sendiri dengan baik dan memotivasi rekan untuk berprestasi di tempat kerja. Mulai dari organisasi kemahasiswaan. Ketika kita aktif apakah sebagai anggota, punya posisi di organisasi atau dikepanitiaan, maka asahlah kemampuan agan dalam memimpin. Bisa mulai tim di organisasi yg sedang menjalankan kepanitiaan bersama, misalnya satu divisi/bagian, atau memimpin temen Kuliah ketika Belajar kelompok atau mengerjakan tugas kelompok. Latihan memimpin bisa diasah dengan memastikan tugas masing-masing dan memastikan teman-teman mengerti dengan tugas yg dimaksud. Kita semua bisa jadi pemimpin dengan jadi teladan buat rekan kerja atau teman kuliah.
“Stay focused, go after your dreams, and keep moving towards your goal.” – LL Cool J, American rapper.
Sekian dulu pembahasan ane. Semoga bermanfaat !
Twitter & Instagram : @mayaarvini
Facebook : Maya Arvini & Career First
www.mayaarvini.com
Komentarze